Mengenang kejadian beberapa tahun lalu, tepatnya sept th 2009. Di kehamilan usia 20minggu, saya mengalami IUFD (Intra Uterin Fetal Death) atau janin meninggal di dalam kandungan. Kesedihan campur rasa sesal dan perih sudah tentu jadi satu, krn ini kehamilan kedua yg harus di terminasi, hanya yg pertama (12minggu kehamilan) dilakukan dg proses kuretase bius total.
Di kasus IUFD kedua saya, SpOG saya yang baik, Dr.Ali Sungkar menyarankan proses persalinan normal dg induksi, pertimbangannya saat itu kalau c sectio nanti dimungkinkan bisa nunggu lama setelah recovery utk hamil lagi.
Setelah siap, saya dirawat di ruang bersalin RS Brawijaya, tablet induksi di berikan setiap 6 jam mulai dari jam 12 siang saat itu. Setelah 2 kali pemberian induksi pervaginam, kontraksi mulai intens dan aduhai :).
Yang ingin saya bagi disini adalah ingatan yg masih sangat lekat detilnya sampai saat ini adalah, ada seorang perawat yg setiap memasukan obat induksi maupun periksa pembukaan, rasanya ga sesakit bila dilakukan oleh personel lain. Duh..saat ini saya lupa namanya, tp ga akan lupa wajahnya.
Saat kontraksi menguat dan jadual memasukan obat induksi datang, saya menolak tindakan yg akan dilakukan, krn saya melihat bukan perawat yg saya maksud, saya meminta (antara sadar dan tidak, diantara rasa sakit) utk pemeriksaan dalam dan memasukkan obat induksi dilakukan olah perawat sebelumnya, yg ssya bisa merasa tidak sakit, dsn syukurnya permintaan saya dipenuhi.
Rasa sedih, perih, kehilangan sudah saya terima, tp apresiasi mendalam akan ketersediaan tenaga kesehatan mendengarkan dan memenuhi permintaan saya saat itu, sampai saat ini tidak saya lupakan.
Pengalaman kecil yg indah itu sangat membantu saya untuk ingat bahwa kebahagiaan kecil disetiap proses persalinan akan sangat berarti.
Didengarkan dan dimengerti adalah hal essensial nan indah dalam proses bersalin...karena ingatan ttg hal itu tak akan pernah terhapus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar